Translate

Senin, 27 Juni 2016

Renungan untuk ibu

Dalam agamaku anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dengan baik. Ibarat kata itu amanah dari Tuhan untuk orangtuanya. Karena itu titipan suatu saat bisa diambil oleh Allah.
Disini saya mau berbagi sedikit kisah. Kisah tentangku sendiri.
Aku ingat bagaimana rasanya menjalani hidup tanpa orang tua yang lengkap... di depan orangtua dan temanku, aku selalu hidup penuh senyum n selalu terlihat bahagia. Tapi semua perasaan dan sakit selalu ku simpan dihati...
Mereka selalu bilang hidupku sangat senang karena tidak pernah ada masalah, tapi mana ada hidup tanpa masalah. Terlihat biasa saja bukan berarti tidak ada masalah. Masalahku bisa jadi lebih banyak dari kalian semua...
Untuk orangtuaku tolong lihat aku melalui hati kalian. Bukankah orangtua memiliki perasaan lebih peka terhadap anaknya. Bisa kalian melihatku sebagai seorang anak yang harus kalian lindungi lahir batinnya, bukan malah kalian tekan.
Hidup memang tidak mudah, banyak tuntutan yang harus kami jalani dan hadapi. Tahukah kalian bahwa zaman sekarang tidak sama dengan zaman kalian dulu. Terlalu banyak tuntutan yang harus kami hadapi sendiri, kadang sampai sesak nafasku memikirkan semuanya.
Setiap hari kami lewati semuanya dengan cara kami sendiri, sakit kami tahan n bahagia kami bagi bersama kalian.
Dan ketika saat yang kami tunggu yaitu liburan datang alangkah senangnya hati kami ma, pa. Itu saat bagi kami melepaskan penat dan kumpul bersama keluarga. Tapi nyatanya itu hanya ekspektasi kami saja. Ketika liburan tiba justru saat yang lebih melelahkan bagi kami. Banyak pertanyaan dan pernyataan yang kalian lontarkan tanpa memikirkan perasaan kami.
Tahukah kalian kenapa kami enggan pulang ketika liburan? Semua karena kami tidak mau mendengar pertanyaan kapan kawin? Anaknya si A aja sudah punya anak masa kamu belum, teman mama udah gendong cucu tu. Aku hanys bisa jawab dengan senyum...
Ketika kumpul keluarga, semua orang membicarakan anaknya ada yang membanggakan dan menjatuhkan anaknya. Orangtuaku juga sama. Dia akan membanggakan anaknya. Sebenarnya ga masalah. Tapi didepan anaknya dia membanggakan anak yang lain dan membandingkan mereka. Mungkin maksudnya supaya kita tahu dan berubah. Tapi tahukah kalian bahwa itu sangat menyakitkan bagiku.. tidakkah kalian tahu bahwa setiap anak itu spesial.
Setiap anak selalu ingin membahagiakan orangtuanya hanya saja kadang jalannya tidak mudah...
Kami harus bertarung dengan kerasnya dunia kerja dimana koneksi, uang dan senioritas dijunjung tinggi. Berbeda dengan masa mama dan papa dulu. Ketika kami ceritapun kalian tidak terlalu percaya dan bilang bahwa yang penting dalam mencari kerja itu pintar. Dan itu beban bagiku. Aku cukup pintar dibanding temanku yang lain. Tapi nyatanya temanku bisa nyaman bekerja karena keberuntungan.
Tahukah kalian bagaimana perasaanku. Dimata kalian aku ini apa? Aku merasa rendah sekali.
Kalian membandingkan aku dan adikku sendiri. Hanya bisa nangis dalam hati karena aku memang gagal.
Kalian membandingkan aku dengan anak tetangga uang lain. Aku hanya bisa diam, karena aku memang gagal.
Mama selalu bilang bisa membacaku bahwa Aku ini suka berbohong. Aku hanya bisa menangis diam-diam. Bukan aku yang berbohong tapi mama yang tidak bisa percaya padaku.
Aku selalu jujur dalam segala hal sama kalian kecuali masalah perasaanku sebenarnya.

Kadang ingin rasanya bunuh diri tapi takut dosa membuatku takut.. 
Entah apa yang terjadi nanti. Hanya tuhan yang tahu