BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia yang harus dipenuhi dan tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Pendidikan
dapat kita peroleh dari lingkungan keluarga, sekolah, pergaulan dan masyarakat.
Sehingga dimanapun kita berada kita dapat belajar tentang segala hal. Proses
belajar yang kita alami disebut pendidikan. Pendidikan tidak hanya didapat dari
belajar saja akan tetapi bisa juga didapat dari pengalaman sendiri maupun
pengalaman orang lain. Dari pengalaman itu kita bisa tahu dan merasakan
pelajaran apa yang perlu kita ambil.
Seperti yang telah tercantum dalam UUD 1945 Pasal 31
ayat (1) yaitu setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Dan ayat (3) yang
menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa melalui pendidikan. Sehingga pemerintah harus ikut membantu
memajukan pendidikan di Indonesia karena pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Generasi yang cerdas dapat merubah
suatu bangsa menjadi lebih baik lagi, begitupun sebaliknya generasi yang
tertinggal akan membuat bangsanya menjadi tertinggal juga. Sehingga
keberhasilan bangsa di masa yang akan datang dapat kita lihat dari pendidikan
yang di dapat generasi sekarang.
Banyak faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak,
diantaranya faktor keluarga, lingkungan, pergaulan dan faktor ekonomi. Tetapi
faktor keluargalah yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan seorang anak.
Dimana keluarga mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan karakter
anak, selain itu keluarga adalah orang terdekat anak yang dapat memberikan
pengertian dan perhatian kepada anak. Pendidikan yang diberikan orang tua
sangat menentukan tingkat keberhasilan seorang anak disekolah. Keluarga adalah
tempat pertama kali anak dikenalkan tentang siapa dirinya dan juga sebagai
tempat anak memperoleh kasih sayang dan perlindungan. Di dalam mengasuh
anak-anaknya orangtua menanamkan nilai-nilai yang baik dalam diri anak agar
mampu bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih besar, selain beberapa fungsi
diatas keluarga juga memiliki fungsi sebagai sumber keuangan anak dalam
menjalani masa pendidikan formalnya yaitu sekolah.
Selain itu faktor lingkungan tidak dapat kita
pisahkan dari perkembangan anak, lingkungan adalah faktor eksternal yang mampu
sedikit banyak ikut membantu kepribadian anak, kita mengenal ada tahap
sosialisasi primer dan tahap sosialisasi sekunder, sosialisasi primer adalah
proses sosialisasi yang terjadi pada lingkungan primer yaitu keluarga,
sedangkan sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi yang terjadi pada
lingkungan yang lebih besar yaitu teman bermain, sekolah, dan masyarakat. Di
dalam lingkunganya anak dikenalkan tentang hal-hal pokok yang bermanfaat bagi
kehidupanya kelak. Setelah dikenalkan tentang hak dan kewajiban anak secara
sederhana pada anak, maka anak mulai dikenalkan pada lingkungan bermain agar
mereka tidak merasa kesepian dan menyeimbangkan kebutuhan psikis mereka, pada
tahap ini biasanya anak bertemu teman-teman sebayanya untuk bermain bersama,
apa yang mereka temukan dari temanya tersebut besar kecil akan mempengaruhi
perkembanganya oleh karena itu dibutuhkan pengawasan yang baik dari orangtua
untuk anaknya agar tetap bertindak sesuai dengan harapan masyarakat
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan dan kecerdasan anak adalah Pendidikan Orang Tua. Seperti kata
pepatah “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Orang tua yang cerdas cenderung
memiliki anak yang cerdas juga, dan orang tua dengan tingkat intelegensi yang
kurang cenderung memiliki anak dengan intelegensi yang kurang pula. Sehingga
pendidikan orang tua juga sangat mempengaruhi caranya mendidik anak. Selain itu
Pendidikan Orang Tua juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif anak.
Kemampuan kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir,
mengetahui dan memecahkan masalah. Orang tua dengan tingkat pendidikan yang
tinggi cenderung lebih memperhatikan prestasi dan kemampuan anaknya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik
mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap
Kemampuan Kognitif Anak di Perumahan Bukit Waringin RT 15 RW 10”
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah penelitian
yang dapat di identifikasi adalah:
1.
Adakah pengaruh tingkat pendidikan orang
tua terhadap kemampuan kognitif anak di perumahan bukit waringin RT 15 RW 10?
2.
Seberapa besar pengaruh tingkat
pendidikan orang tua terhadap kemampuan kognitif anak di perumahan bukit
waringin RT 15 RW 10?
3.
Bagaimanakah tingkat prestasi anak di
perumahan bukit waringin RT 15 RW 10?
4.
Bagaimanakah cara orang tua menyikapi
masalah kesulitan pelajaran yang dihadapi anaknya di sekolah?
5.
Adakah pengaruh perhatian orang tua
terhadap kemampuan kognitif anak?
6.
Faktor apa saja yang mempengaruhi
kemampuan kognitif anak?
C.
PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti membatasi
permasalahan yang akan yaitu:
1.
Adakah pengaruh tingkat pendidikan orang
tua terhadap kemampuan kognitif anak di perumahan bukit waringin RT 15 RW 10?
2.
Seberapa besar pengaruh tingkat
pendidikan orang tua terhadap kemampuan kognitif anak di perumahan bukit
waringin RT 15 RW 10?
3.
Adakah
pengaruh perhatian orang tua terhadap kemampuan kognitif anak?
D.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka masalah penelitian
yang dapat dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya adalah: Adakah pengaruh
tingkat pendidikan orang tua terhadap kemampuan kognitif anak di perumahan
bukit waringin RT 15 RW 10?
E.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap kemampuan kognitif anak
di perumahan bukit waringin RT 15 RW 10.
F.
KEGUNAAN PENELITIAN
1.
Bagi
Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap kemampuan
kognitif anak di perumahan bukit waringin RT 15 RW 10. Selain itu dengan
melakukan penelitian banyak informasi yang peneliti dapatkan sehingga dapat memperluas
wawasan dan pengetahuan peneliti tentang pengaruh tingkat pendidikan orang tua
terhadap kemampuan kognitif anak.
2.
Bagi
warga perumahan Bukit Waringin RT 15 RW 10
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada warga perumahan Bukit
Waringin RT 15 RW 10, sehingga warga tahu apa yang mempengaruhi kemampuan
kognitif anaknya. Dan warga dapat lebih memperhatikan kemampuan kognitif anak
agar lebih meningkat kemampuan dan prestasinya.
3.
Bagi
Universitas Indraprasta PGRI
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi kepustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan acuan di
bidang penelitian yang sejenis.
G.
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara
dari sisi skripsi, yakni suatu gambaran tentang isi skripsi secara keseluruhan
dan dari sistematika itulah dapat dijadikan satu arahan bagi pembaca untuk
menelaahnya. Secara berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam
bab ini diuraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS
Pada
bab ini diuraikan landasan teori penelitian, yaitu landasan teori yang
menggambarkan dari beberapa teori yang berhubungan dengan skripsi ini, kerangka
berpikir dan hipotesis yaitu kesimpulan sementara tentang penelitian.
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
Dalam
bab ini diuraikan tentang metode penelitian, penentu obyek penelitian yang
terdiri atas populasi, sampel, sampling, metode pengumpulan data, uji instrumen, uji asumsi dan teknik analisis
data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
Dalam
bab ini diuraikan tentang deskripsi data hasil penelitian, pengolahan data
hasil penelitian / pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Dalam
bab ini diuraikan tentang kesimpulan sebuah penelitian dan saran untuk beberapa
pihak yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI,
KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A.
LANDASAN TEORI
1.
Hakikat
Tingkat Pendidikan Orang Tua
Ada sejumlah faktor
yang mempengaruhi perkembangan peserta didik. Menurut Santrok dalam
Slavin (1997), aspek yang
mempengaruhi perkembangan itu adalah keturunan / genetik dan lingkungan. Para ahli genetik menyatakan
kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek yang paling banyak ditelaah
yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan. Arthur Jensen (1969)
mengemukakan pendapatnya bahwa kecerdasan itu diwariskan (diturunkan). la juga
mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya hanya mempunyai peranan minimal dalam
kecerdasan. Pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80
persen.
Tingkat kecerdasan orang tua sangat berpengaruh terhadap
caranya mendidik anak. Orang tua
dengan tingkat pendidikan tinggi sangat memperhatikan perkembangan kemampuan
anaknya disekolah dibanding dengan orang tua yang pendidikannya kurang tinggi.
a.
Pengertian
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun
2003).
Menurut Rousseu “Pendidikan adalah memberi kita
pembekalan yang tidak didapat pada masa anak-anak, tetapi kita membutuhkannya
pada waktu dewasa”
M. Ngalim Purwanto (2006:10) mengatakan bahwa
“pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi
diri sendiri dan bagi masyarakat”.
Sedangkan menurut GBHN “pendidikan adalah usaha
sadar untuk mengembangkan kepribadian didalam dan luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup.
Pengertian pendidikan menurut pandangan penulis
adalah suatu usaha yang secara sengaja atau tidak sengaja dilakukan orang
dewasa terhadap anak-anak, yang secara tidak langsung menimbulkan reaksi dan
interaksi yang dapat membantu perkembangan anak dalam mencapai cita-cita.
Tiap-tiap bangsa dan negara sependapat tentang
pokok-pokok tujuan pendidikan yaitu mengusahakan agar setiap manusia
mendapatkan pendidikan yang layak, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi
pekerti yang baik, dan sebagainya. Sehingga dapat mencapai kesempurna dan
kebahagiaan lahir dan batin.
Tujuan pendidikan menurut UU RI No 20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS Bab II yaitu Dasar, Fungsi, dan Tujuan, pasal 3 yang berbunyi
“untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggungjawab”.
Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui tiga
jalur, yaitu jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Jalur pendidikan
formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan
belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. Menurut PP RI No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 (2) “Pendidikan
Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi”. Jalur pendidikan
nonformal merupakan pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan
atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat. Menurut PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional Bab
I pasal 1 (3) “Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan
jalur pendidikan informal merupakan pendidikan yang diselenggarakan atau
dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri.
Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan
formal terdiri dari:
1)
Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar
(SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan bentuk alin yang sederajat.
2)
Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan kelanjutan dari
pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum
(SMU) dan kejuruan (SMK) dan bentuk lain yang sederajat.
3)
Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang lanjutan dari
pendidikan menengah yang berbentuk perguruan tinggi. Perguruan tinggin dapat
berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
b.
Pengertian
Orang Tua atau Keluarga
Orang tua berarti “ibu dan ayah kandung, orang yang
sudah tua, orang yang dianggap tua (pandai, cerdik)”. (Poerwodarminto,
2002:688). Sedangkan menurut Thamrin Nasution dkk (1989:1) yang dimaksud dengan
orang tua adalah “setiap orang tua yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga
atau rumah tangga, yang dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut dengan
ibu-bapak”.
Hubungan orang tua
dan anak dalam penelitian ini adalah sebagai pendidik, pengawas, pelindung,
penanggung jawab pendidikan dan kebutuhan anak dan keluarganya.
Keluarga menurut Ki Hajar Dewantara dalam Abu Ahmadi
(1997:95). “keluarga
adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti
dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan
berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan
masing-masing anggotanya”.
Keluarga adalah
wadah yang sangat penting diantara individu dan grup, dan merupakan kelompok
sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi angotanya. Dan keluargalah sudah
barang tentu yang pertama-tama pula menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi
kehidupan anak-anak. Ibu, ayah dan saudara-saudaranya serta keluarga yang lain
adalah orang-orang yang pertama pula untuk mengajar pada anak-anak mengadakan
kontak dan yang pertama pula untuk mengajar pada anak-anak itu sebagaimana dia
hidup dengan orang lain sampai anak-anak memasuki sekolah, mereka itu
menghabiskan seluruh waktunya di dalam unit keluarga. (Abu Ahmadi, 1997:108).
Jadi keluarga dalam penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai sekelompok orang yang
pertama mewarnai pribadi anak, hal ini karena di dalam keluarga akan ditanamkan
nilai-nilai dan norma-norma hidup yang positif, yang pada akhirnya akan dipakai oleh anak-anak sebagai pedoman
dalam bermasyarakat. Pendidikan
anak juga akan dipengaruhi oleh kondisi keluarganya.
c. Pengertian
Tingkat Pendidikan Orang Tua
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, (2001:342) yaitu
“Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan akhir yang dimiliki
orang tua, apakah itu tingkat pendidikan SD, SLTP, SLTA dan Perguruan
Tinggi/Universitas”
Tingkat pendidikan formal orangtua sangat berpengaruh
terhadap caranya bergaul dengan lingkungan dan caranya mendidik anak, selain
itu tingkat pendidikan orang tua juga sangat mempengaruhi cara orang tua dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga termasuk kebutuhan akan pendidikan. Dengan
ekonomi yang baik maka anak akan mendapatkan sarana dan prasarana belajar yang
lebih baik dan kebutuhan gizinya pun tercukupi. Begitupun sebaliknya, jika
pendidikan orang tua rendah maka tingkat ekonomi keluarga juga rendah. Sehingga
anak tidak mendapat sarana dan prasarana belajar yang memadai.
Dari uraian
diatas penulis menarik kesimpulan bahwa tingkat pendidikan orang tua sangat
penting bagi anak, terutama bagi pendidikan anak yang mencakup kemampuan
kognitif anak. Orang tua mempunyai pengaruh yang dominan dalam keberhasilan
anaknya karena orang tua yang bertanggungjawab terhadap keseharian anaknya.
Orang tua yang membimbing, mengasuh, membina. Memelihara, memimpin dan menjadi
guru untuk anak-anaknya.
d. m
2.
Hakikat
Kemampuan Kognitif Anak
a.
Pengertian
Kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa
dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom (1956) tujuan domain
kognitif terdiri atas enam bagian yaitu: Pengetahuan (knowledge), Pemahaman
(comprehension), Penerapan (application), Analisis (analysis), Sintesa dan
Evaluasi (evaluation).
1)
Pengetahuan (knowledge)
Mengacu kepada kemampuan mengenal materi
yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar.
Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.
2)
Pemahaman (comprehension)
Mengacu
kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas
pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
3)
Penerapan (application)
Mengacu
kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada
situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan
merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
4)
Analisis (analysis)
Mengacu
kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau
faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang
satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih
dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi
daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
5)
Sintesa
Mengacu
kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk
suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang
kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi
daripada kemampuan sebelumnya.
6)
Evaluasi (evaluation)
Mengacu
kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan
tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
Urutan-urutan
seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai
bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih
memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran
mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori
yaitu “Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan
menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif
seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan
yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain.
Aspek
kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan
menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses
pengajaran
b.
Prinsip-prinsip teori kognitifisme
Menurut
Piaget
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan kognitif
d.
Cara meningkatkan kemampuan kognitif
anak
B.
KERANGKA BERPIKIR
|
|
||||
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup
manusia yang menempati peringkat kedua setelah kebutuhan pokok, terutama pada
pendidikan formalnya. Banyak hal yang mempengaruhi kemampuan kognitif anak
salah satunya adalah tingkat
pendidikan orang tua, tingkat pendidikan orang tua juga dapat mengukur cerdas tidaknya orang
tua dalam mendidik anak. Orang tua yang cerdas cenderung
memiliki anak yang cerdas pula begitupun sebaliknya. Sehingga dapat kita
simpulkan bahwa kecerdasan dapat diturunkan atau diwariskan. Untuk mengukur
kecerdasan dan tingkat
pendidikan orang tua kita dapat melakukan wawancara kepada Ayah dan Ibu. Dengan itu
kita dapat mengetahui tingkat
pendidikan dan kecerdasan orang tua. Kemudian kita ukur tingkat kecerdasan anak dan kemampuan
Kognitif anak. Setelah mendapatkan hasilnya kita bisa mengetahui apakah tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap kemampuan kognitif anaknya
atau sebaliknya
C.
HIPOTESIS
Hipotesis
adalah “jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Arikunto, 1998: 67). Dari uraian
diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh yang
signifikan antara tingkat
pendidikan orang tua terhadap kemampuan kognitif anak di
Perumahan Bukit Waringin RT 15 RW 10.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
Metode Penelitian akan meliputi kegiatan
sebagai berikut:
A.
Tempat
dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Untuk memperoleh
data yang dibutuhkan, maka penulis melakukan penelitian pada Orang Tua dan Anak
di Perumahan Bukit Waringin RT 15 RW 10. Penelitian akan dilakukan pada bulan
April 2012 sampai dengan Mei 2012
2. Waktu
Penelitian

B.
Metode
Penelitian
Metode dan
teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah data kontinum. Data kontinum adalah data yang bervariasi menurut
tingkatan dan diperoleh dari hasil pengukuran. Karena dalam penelitian ini
penulis ingin mengetahui adakah pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap
kemampuan kognitif anak. Dan cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan
mengukuran melalui wawancara dan pengisian kuisioner terhadap orang tua dan
anak, dan mengukur kemampuan kognitif anak melalui penilaian terhadap ranah
kognitif yang terdiri: Pengetahuan (knowledge),
Pemahaman (comprehension), Penerapan (application), Analisis (analysis),
Sintesa dan Evaluasi (evaluation).
C.
Populasi
dan Sampel Penelitian
Populasi adalah
“keseluruhan subyek penelitian” (Arikunto, 1998: 115). Populasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah seluruh warga Perumahan Bukit Waringin RT 15.
Sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. (Arikunto, 1998:
117).
Sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari
dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili)
(Sugiyono, 2000: 56).
Besarnya sampel
yang dibutuhkan adalah 80% dari warga perumahan bukit waringin RT 15 RW 10.
Dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi
sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi.
D.
Metode
Pengumpulan Data
“Metode
pengumpulan data merupakan suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang
dilaksanakan secara sistematis dengan prosedur yang standar” (Arikunto, 1998 :
225).
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode
Dokumentasi
Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, “peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, catatan harian
dan sebagainya”. (Arikunto,1998 : 236).
2. Metode
Tes
Dalam
melaksanakan metode tes ini peneliti memberikan soal berupa kuisioner yang yang
harus dijawab oleh responden. Responden yang dimaksud adalah sampel yang
terdiri dari orang tua dan anak. Metode ini bias juga disebut metode Kuesioner
(angket). Metode kuesioner atau angket yaitu “sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi responden dalam arti laporan pribadinya
atau hal-hal yang diketahui”. (Arikunto, 1998:140). Dalam penelitian ini metode
kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pengaruh
tingkat pendidikan orang tua terhadap kemampuan kognitif anak di Perumahan
Bukit Waringin RT 15 RW 10.
3.
Wawancara
Wawancara
adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi
langsung dari sumbernya dan lebih mendalam pada responden yang jumlah sedikit.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh
peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuisioner adalah sebagai
berikut:
a. Responden
adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.
b. Responden
dapat dipercaya.
c. Responden
dan peneliti memiliki interpretasi yang sama tentang pertanyaan-pertanyaan
Penulis mengadakan wawancara langsung kepada
orang tua dan anak untuk mengetahui kemampuan anak disekolah dan sekaligus
mengetahui prestasi anak dan sistem belajar anak dirumah.
E.
Variabel
dan Instrumen Penelitian
Instrumen itu
merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan penelitian
memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dengan
masing-masing pengertian kata tersebut diatas maka instrumen penelitian adalah
semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu
masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data
secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian
bisa disebut instrumen penelitian.
Variabel adalah
“objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian”. (Arikunto,
1998: 99). Dalam penelitian ini yang menjadi variable penelitian meliputi variable
bebas dan variabel terikat.
1)
Variabel Bebas (Independent Variable)
(X)
Variabel
bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah:
Tingkat
Pendidikan Orang Tua ( x):
o Pendidikan
Ayah
o Pendidikan
Ibu
o Fasilitas belajar anak
o Perhatian orang tua terhadap nilai anak
2) Variabel
Terikat (Dependent Variable) (Y)
Variable
terikat adalah variable yang dipengaruhi oleh variable bebas. Dalam penelitian
ini variable terikat (Y) adalah variable kemampuan kognitif anak yang dinilai
dari:
o
Raport
o
Nilai harian anak
o
Pengetahuan
o
Pemahaman
o
Penerapan
o
Analisis
o
Sintesa
o
Evaluasi
F.
Teknik
Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teknik analisis data regresi. Yaitu untuk mengetahui pengaruh antara variable
bebas dengan variable terikat, dengan rumus sebagai berikut:
Y = a + bx
Untuk
mengetahui besarnya nilai a dan b digunakan persamaan:
![]() |
Dimana :
Y = Nilai
yang diprediksikan
a = Nilai
konstanta harga Y jika X = 0
b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan
nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variable Y, apabila X naik atau
turun satu satuan
x = Nilai
variable bebas
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,
Abu. 2005. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,
S. 2005. Manajemen Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksar.
Chatib,
Munif. 2009. Sekolahnya Manusia.
Bandung: Kaifa.
Dimyati
& Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik,
Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bina Aksara.
Hanggu,
Benedict. 2009. Cara Jitu Menjadi Remaja
Berprestasi. Messemedia.
http://aritmaxx.wordpress.com/2010/06/30/instrimen-penelitian/
Setyono,
Ariesandi. 2006. Hypnoparenting: Menjadi
Orang Tua Efektif Dengan Hypnosis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Slameto.
2008. Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono.
2007. Metode penelitian kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarto,
H., & Ny. B. Agung Hartono. 2006. Perkembangan
peserta didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
----------.2009.
Undang-Undang RI nomor 14 Tahun 2005
& Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru dan Dosen.
Bandung: Citra Umbara